DPRD Lampung Apresiasi Upaya Arinal Selesaikan Hutang DBH

352 views
ilustrasi
Ilustrasi

LAMPUNG- Panitia khusus DPRD Provinsi Lampung mengapresiasi upaya Gubernur Lampung Arinal Djunaidi menyelesaikan hutang Dana Bagi Hasil (DBH) kepada Kabupaten/kota secara keseluruhan.

Hal itu diungkapkan Juru Bicara Pansus Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK RI Darlian Pone saat rapat paripurna DPRD Lampung, di Ruang Sidang DPRD, Jumat (24/1/2020).

“Berdasarkan temuan BPK RI tentang DBH Pemprov kepada Kabupaten/kota pada akhir tahun anggaran 2018 sekitar RP 704 miliar. Hutang tersebut telah dibayarkan di era Kepemimpinan Gubernur Arinal dalam kurun waktu 5 bulan terakhir secara bertahap,” sebut Darlian.

Dengan demikian, katanya, hutang DBH tersisa di triwulan IV sebesar Rp 216 miliar yang akan dilunasi pada triwulan I tahun 2020.

“Untuk itu, kami mengapresiasi upaya Gubernur Arinal dalam menyelesaikan hutang DBH kepada kabupaten/kota secara keseluruhan,” ucap Darlian Pone.

Terkait DBH tersebut, Gubernur Lampung Arinal Djunaidi menjelaskan bahwa terdapat beberapa hal yang harus ditindaklanjuti dan sudah ada solusinya seperti dana bagi hasil.

“DBH itu dievaluasi BPK RI sebelum saya masuk sekitar Rp 704 miliar, dan saya melakukan berbagai upaya sehingga tinggal sekitar Rp 200 miliar, serta akan saya lunasi ditahun 2020,” jelas Arinal.

Dengan dibayarkannya hutang DBH secara keseluruhan, diharapkan dapat digunakan untuk kepentingan pembangunan kabupaten/kota secara langsung.

Dalam kesempatan Arinal Djunaidi juga memastikan PT. Bank Pembangunan Daerah Lampung (Bank Lampung) dalam keadaan sehat dan tidak ada masalah.

“Bank Lampung itu sehat dan tidak ada masalah. Saya juga sudah menginisasi agar melakukan RUPS (rapat umum pemegang saham) untuk mengisi struktur direksinya,” ujar Arinal Djunaidi usai sidang paripurna di DPRD Provinsi Lampung.

Dalam struktur direksi, jelas Arinal, nantinya akan ada unsur pemerintah yang masuk dewan komisaris agar bisa mengevaluasi terkait apa yang akan kita lakukan.

BACA JUGA :   Koperasi TKBM Gandeng BP Jamsostek Ketenagakerjaan, Ini Pemaparannya

“Nanti juga akan terdapat unsur pemerintah yang masuk dalam dewan komisaris untuk mengevaluasi apa yang saja yang akan kita lakukan,” jelasnya.

Arinal mengajak jajaran Provinsi Lampung dan Kabupaten Se Lamopng sebagai pemegang saham. Peran swasta dan masyarakat juga bisa memiliki Rp20 miliar sebagai modal.

“Terkait syarat minimum modal inti Bank Lampung minimum Rp1 triliun, akan segera saya lakukan dengan para pemegang saham. Dan untuk mencapai Rp3 triliun, akan dilakukan diskusi bersama membentuk sindikasi dengan bank daerah lainnya,” ujar Arinal.

Dalam kesempatan yang sama, Ia mengungkapkan alasan terkait diberhentikannya pembangunan Itera Astronomical Observatorium (IAO) di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rahman.

Sang gubernur menjelaskan bahwa Lampung memiliki Taman Nasional, Hutan Konservasi, Hutan Lindung, dan Hutan Produksi.

Taman Hutan Raya berfungsi sebagai hutan konservasi, dimana Hutan konservasi setingkat dengan Taman nasional yang berfungsi untuk menyiapkan fungsi ekologi, menyiapkan resapan air, dan menyiapkan kepentingan yang berkaitan dengan flora dan fauna.

“Taman nasional itu wewenangnya Kementerian Kehutanan, Taman hutan raya itu wewenangnya gubernur, Hutan lindung itu bupati, dan Hutan produksi itu kementerian. Tapi sekarang hutan lindung wewenangnya diberikan kepada provinsi dengan catatan jangan sampai rusak. Tentunya saat ini menjadi hak pemerintah provinsi, jadi ketika fungsinya berubah maka harus seijin menteri dan tidak melanggar UUD,” jelas Arinal.

Menurutnya, yang boleh dibangun infrastruktur berkaitan dengan riset, dan fungsi flora fauna. Sementara teropong bintang tidak ada hubungannya dengan fungsi hutan dan flora fauna. “Kita bisa bangun tanpa harus merusak fungsi hutan,” jelasnya. (rls)