Bandar Lampung – Sejarah lokal berperan penting sebagai penghubung antara masyarakat dan sejarah, sehingga pembelajaran sejarah lokal perlu diimplementasikan di sekolah yang bertujuan membangun kesadaran sejarah lokal.
Menyadari pentingnya pembelajaran sejarah lokal Lampung serta melihat perkembangan teknologi dan komunikasi, tim PKM-RSH Universitas Lampung (Unila) berupaya mengoptimalkan pembelajaran sejarah lokal Lampung daerah Semaka, Seputih, Sekampung, dan Tulangbawang, yang merupakan daerah penerapan kebijakan Cultuurstelsel pada masa pemerintah Hindia-Belanda di Lampung, berbasis Augmented Reality.
Tim PKM-RSH Unila melalui program yang diselenggarakan Kemendikbudristek yaitu Program Kreatif Mahasiswa (PKM) pada skim Riset Sosial Humaniora (RSH), mengembangkan penelitian pembelajaran sejarah lokal Lampung tersebut di SMAN 1 Semaka, BPS Kabupaten Tanggamus, dan Museum Kekhatuan Semaka.
Tim PKM-RSH yakni Elsa Dara Puspita (Pendidikan Sejarah ‘20), Ajeng Diah Kinanti (Pendidikan Sejarah ‘19), Rafif Afriansyah (Pendidikan Geografi ‘20), dan Retno Wuri Handayani (Pendidikan Teknologi Informasi ‘20) melakukan penelitian mulai Juni hingga September 2022.
“Dengan adanya teknologi augmented reality yang diimplementasikan dalam pembelajaran sejarah lokal Lampung menjadi sebuah terobosan baru yang inovatif. Kita ketahui bersama, bahan ajar yang berkaitan dengan sejarah lokal sangat minim di daerah Tanggamus, sedangkan di wilayah tersebut sangat erat dengan sejarah lokal,” ujar Yusuf Perdana, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing tim PKM-RSH Universitas Lampung.
Augmented reality (AR) merupakan teknologi berupa penggabungan secara real-time objek 2D menjadi 3D yang diproyeksikan terhadap dunia nyata. Penelitian dilaksanakan di SMAN 1 Semaka sebagai salah satu daerah penerapan kebijakan Cultuurstelsel di Lampung, tepatnya di Kabupaten Tanggamus.
“Kami sangat senang kedatangan tim penelitian mahasiswa Unila karena penelitian yang dilaksanakan sangat menarik dan inovatif. Mereka menggabungkan konsep sejarah lokal Lampung dengan teknologi berbasis augmented reality yang belum pernah diterapkan di SMAN 1 Semaka,” kata Kepala SMAN 1 Semaka Sumarno, S.Pd.
Ia juga berharap, penelitian ini menjadi penyemangat peserta didik untuk terus mempelajari sejarah lokal Lampung, khususnya daerah Semaka, sebagai salah satu daerah penerapan kebijakan Cultuurstelsel di Lampung, tepatnya di Kabupaten Tanggamus.
“Potensi sejarah lokal di daerah Tanggamus, khususnya daerah Semaka, sangat relevan diimplementasikan dalam pembelajaran sejarah lokal karena akan menambah wawasan sejarah lokal bagi peserta didik di daerah Semaka,” ujar Ketua Tim PKM-RSH Unila Elsa Dara Puspita.
Elsa juga berharap, melalui penelitian ini generasi penerus dapat mengenal sejarah daerahnya dengan baik sehingga bangga dengan daerah tempat tinggalnya. (*)