News, UTI  

LEP 2025, Wakil Rektor Bidang Kurikulum UTI Paparkan Teknik Bicara ke Mahasiswa

1,051 views

Wakil Rektor Bidang Kurikulum Universitas Teknokrat Indonesia Achmad Yudi Wahyudin M.Pd menjadi salah satu narasumber dalam Leadership Education Program 2025.

Acara diadakan pekan lalu dan diikuti pegiat organisasi kemahasiswaan kampus setempat. Kegiatan dihelat di Gelanggang Mahasiswa Dr HM Nasrullah Yusuf kampus setempat.

Yudi memaparkan enam teknik bicara.

Pertama, retorika. Ini adalah teknik bicara dengan melontarkan kalimat pertanyaan tak membutuhkan jawaban. Retorika dibutuhkan untuk membangkitkan kesadaran darfi audiens terhadap poin yang ingin disampaikan pembicara.

Kedua, analogi. Seorang pembicara juga bisa menggugah audiens dengan memberikan contoh atau amsal. Analogi ini juga berguna bagi seorang pemimpin untuk menjelaskan sesuatu secara lebih sederhana dan mudah dicerna.

Kemampuan menganalogikan sesuatu bagi seorang pemimpin penting agar mitra kerjanya bisa menyelesaikan pekerjaan yang diberikan.

Ketiga, humor. Seorang pemimpin kala bicara juga bagus jika mampu menyelipkan sisi humor. Dengan humor, suasana menjadi hangat dan audiens bisa nyaman menerima pesan.

Termasuk juga bawahan atau karyawan yang menjalankan isi pesan dengan baik karena diselipkan sisi humor. Humor menjadi oasis bagi audiens untuk lebih memahami konteks dari pesan yang disampaikan.

Keempat, emotive language. Kemampuan pemimpin atau seorang pembicara juga bisa didukung dengan kemampuan emotive language ini.

Misalnya dengan menaikkan intonasi bicara dalam momentum tertentu. Atau kemampuan pembicara memantik sisi emosi atau simpati dari audiens dengan gaya bicara ditambah mimik wajah yang mendukung.

Yudi bahkan bilang, jika kita pernah mendengar ceramah agama sampai menangis, itu artinya si pembicara atau penceramah memainkan emotive language sehingga menghanyutkan audiens.

Kelima, nonverbal. Misalnya dengan tersenyum saat mengatakan satu konteks yang dianggap paling penting. Jika ingin menitikberatkan sesuatu, kita bisa menggunakan nonverbal ini. Kesan yang akan didapat akan kuat meskipun si pembicara tidak menyebutkan secara eksplisit apa yang hendak ia sampaikan.

Bisa juga dengan menjetikkan jari kita sehingga audiens bisa semakin mengerti pesan yang disampaikan.

Keenam, punya pesan. Usai berbicara, diulang atau ditegaskan poin yang hendak disampaikan. Pesan ini pada khatimah pembicaraan menjadi urgen untuk mengingatkan audiens terhadap tema besar pembicaraan . (uti)