KKP Target Produksi Ikan Hias Hingga 1,8 miliar ekor

461 views

JAKARTA- Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan untuk memproduksi ikan hias hingga 1,8 miliar ekor pada tahun 20200l. Ya, ikan hias merupakan salah satu komoditas sumber devisa yang menopang pertumbuhan ekonomi nasional.

“Saya kira, kita akan mampu genjot produksi. Keunggulan kita, pertama potensi pengembangan dan varian komoditas bernilai ekonomis tinggi yang besar. Lebih dari 650 jenis ikan hias (tawar, dan laut) ada di perairan kita,” kata Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto dalam siaran pers di Jakarta, Sabtu (25/1/20).

Menurutnya, saat ini kontribusi ekonomi ikan hias terhadap nilai ekspor produk perikanan mencapai 0,66 persen. Slamet juga memastikan KKP akan mendorong strategi khususnya penguatan di hulu yakni dengan terus menggenjot produksi ikan hias bernilai ekonomis tinggi.

Oleh karenanya, pemanfaatan untuk jenis ekonomis tinggi akan terus didorong apalagi saat ini upaya perekayasaan teknologi dinilai sudah berkembang dengan baik.

Slamet menambahkan saat ini KKP bersama dengan lintas sektoral terkait tengah menyempurnakan peta jalan (road map) percepatan industrialisasi ikan hias nasional.

“Road map ini akan memetakan berbagai strategi konkrit yang meliputi percepatan produksi, pengaturan tata niaga, penguatan daya saing dan nilai tambah, investasi, serta perluasan dan penguatan pasar ekspor,” katanya.

Slamet juga membeberkan bahwa selama kurun waktu 2012 hingga 2018, produksi ikan hias nasional tumbuh rata-rata sebesar 5,05 persen per tahun. Tahun 2012 produksi mencapai 938,47 juta ekor dan naik pada tahun 2018 menjadi 1,19 miliar ekor.

Ia mengingatkan saat ini telah banyak pula jenis ikan hias yang dikembangkan secara massal di Indonesia, seperti varian clownfish, dan banggai kardinal. Ikan hias juga dinilai saat ini menjadi usaha yang sangat menjanjikan di kalangan masyarakat.

BACA JUGA :   Pemilihan Ketua PWI Lampung: IKZ Dukung Pencalonan Wira, Tapi Pilih Nizwar!

“Jadi, Pemerintah tinggal siapkan regulasi dan memfasilitasi akses apa yang dibutuhkan pelaku usaha, selanjutnya mereka akan berkembang dengan sendirinya,” jelas Slamet.

Mengenai strategi, Slamet menjelaskan bahwa KKP telah menyiapkan langkah konkrit yang fokus utamanya pada peningkatan produksi di hulu, peningkatan nilai tambah dan daya saing impor.

Pada tataran di hulu, KKP terus mendorong penerapan inovasi teknologi yang fokus pada peningkatan efisiensi dan produktivitas. Salah satu teknologi yang dikembangkan adalah sistem Recirculating Aquaculture System (RAS), dimana sistem ini mampu menggenjot produktivitas hingga 100 kali lipat dibanding konvensional.

Ia menambahkan, bahwa paket teknologi RAS ini dapat diadopsi secara massal oleh masyarakat yakni dengan sistem mini RAS. “Agar ini juga lebih memasyarakat, kami juga merancang mini RAS dan saat ini telah banyak diadopsi, seperti di Ambon dengan Kampung Nemonya,” kata Slamet. (ant/dim)