Muhammadiyah Berlebaran Idul Fitri 21 April 2023

2,975 views

JAKARTA- Pengurus Pusat Muhammadiyah sudah tetapkan hari lebaran Idul Fitri (1 Syawal 1444 Hijriyah) pada Jumat, 21 April 2023 mendatang.

Ya, dalam penetapan 1 syawal itu, Muhammadiyah menggunakan metode hisab hakiki wujudi hilal.

Berapapun posisi hilal yang terlihat pada bulan, maka menurut Muhammadiyah telah terjadi perpindahan tanggal, hari dan bulan.

Penetapan Idul Fitri ini berbeda dengan metode yang digunakan pemerintah yakni menggunakan Metode MABIMS Yakni, wujud hilal berdasarkan kriteria kesepakatan antara Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS).

Jika posisi hilal terlihat kurang dari 3 derajat dan elongasinya 6,4 derajat, maka hilal bulan dianggap belum terlihat betul.

Sehingga, penetapan tanggal, hari dan bulan diputuskan jatuh lebih dari satu hari.

Karena hal itu, Sekretaris PP Muhammadiyah, Muhammad Sayuti pernah menyebut perbedaan pada awal Syawal dan Zulhijah, sangat berpotensi terjadi.

“Potensi perbedaan ada pada awal Syawal dan Zulhijah hal ini karena menurut kriteria MABIMS bulan bisa dilihat pada tinggi bulan sekurang-kurangnya 3 derajat dan elongasinya 6,4 derajat,” jelasnya dikutip dari Disway.id.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, penentuan waktu penting tersebut sudah sesuai sebagaimana yang diputuskan oleh Majelis Tarjih PP Muhammadiyah.

“Kalau ada pemerintah, atau yang lain baik dalam mengawali maupun mengakhiri, dalam Idulfitri kita semua saling tasamuh, saling toleran,” ungkap Haedar pada, Rabu (22/3/23) lalu di acara peringatan Satu Dasawarsa SMP Muhammadiyah Al Mujahidin, Kabupaten Gunungkidul.

UN demikian, Haedar menegaskan supaya umat tidak perlu heboh dalam menghadapi perbedaan tersebut. Dia khawatir, jika heboh dalam menghadapi perbedaan akan membatalkan puasa Ramadan yang dijalankan.

“Muhammadiyah harus tetap rendah hati, tetapi kita juga harapkan baik pemerintah maupun ormas lain yang berbeda juga rendah hati. Tidak usah mengikuti itu pendapat-pendapat ilmuan, yang mengatakan Muhammadiyah sudah usang.” Tegas Haedar dikutio dari Muhammadiyah.or.id.

Guru Besar Sosiologi ini menegaskan, supaya menghindari sikap yang menimbulkan pecah belah umat dengan mengikuti pendapat ilmuan yang menyudutkan salah satu pendapat atau hasil ijtihad. Sebab jika mengikuti perdebatan itu tidak akan ada habisnya.

Ke depan, Haedar berharap sebagaimana yang telah diusulkan oleh Muhammadiyah supaya umat Islam memiliki kalender global. Di mana semua sudah ditentukan, seperti yang terdapat kalender masehi.

“Kita ingin ada kepastian dan dalam menentukan tanggal, bulan dan seterusnya. Nanti suatu saat insyaallah akan terbentuk itu,” imbuhnya.

Sementara itu, Peneliti Astronomi dan Astrofisika BRIN, Thomas Djamaluddin menjelaskan potensi perbedaan ini didasari adanya beberapa faktor.

Ia mengatakan, perbedaannya hanya wujud dan masalah kriteria dari posisi hilal bulan.

Jika pada waktu Maghrib pada 20 April 2023, posisi hilal bulan belum memenuhi kriteria baru MABIMS, maka wajar terjadi perbedaan.

“Hal ini disebabkan karena pada saat maghrib 20 April 2023, ada potensi di Indonesia posisi bulan belum memenuhi kriteria baru MABIMS,” jelasnya dikutip dari Disway.id.

Thomas pun menjelaskan masing-masing metode antara kriteria MABIMS dan versi wujudi hilal.

“Namun di sisi lain, sudah memenuhi kriteria wujudl hilal. Jadi, ada potensi perbedaan, yaitu versi 3 derajat dan elongasinya 6,4 derajat maka 1 Syawal 1444 pada 22 April 2023, sedangkan versi wujudl hilal, 1 Syawal 1444 pada 21 April 2023,” urainya. (dis/dim)