CBA : 100 Hari Kinerja PT Telkom Indonesia di Bawah Dian Siswarini Mengalami Penurunan Serius

1,624 views

JAKARTA – Kuartal pertama PT Telkom Indonesia (Persero) kepemimpinan direktur utama baru Dian Siswarini mendapatkan sorotan tajam dari berbagai pihak. Hal ini disebabkan adanya penurunan drastis kinerja perusahaan dari plat merah tersebut.

Demikian hal ini disebutkan Direktur CBA, Uchok Sky Khadafi dalam pesan tertulis yang diterima Senator, Rabu, 6 Agustus.

Uchok Sky Khadafi menyebutkan indikator fundamental keuangan Telkom menunjukkan tren yang sangat memprihatinkan. Dalam laporan yang dirilisnya, terjadi penurunan aset sebesar Rp5,8 triliun dalam periode satu tahun terakhir, dari Rp299 triliun (Juni 2024) menjadi Rp293 triliun (Juni 2025).

“Ini bukan penurunan biasa, ini penurunan yang mencerminkan lemahnya arah kebijakan strategis di tubuh Telkom setelah kepemimpinan baru masuk,” ujar Uchok.

Dia menambahkan adanya utang yang membengkak yang menjadi kewajiban dari Telkom yang semakin meroket. Telkom memiliki utang sebesar Rp137,1 triliun. Namun dalam laporan keuangan terbaru, angka tersebut naik drastis menjadi Rp145,4 triliun. Artinya, terjadi lonjakan utang sebesar Rp8,2 triliun hanya dalam setahun.

Menurut Uchok, membengkaknya utang ini menjadi sinyal alarm serius. “Kalau ini terus dibiarkan, Telkom tidak hanya akan kehilangan daya saing di industri, tapi juga akan membebani fiskal negara jika perlu diselamatkan lewat intervensi,” tambahnya.

Dari hal ini bisa disimpulkan dalam 100 hari kinerja Telkom di bawah Dian Siswarini mengalami penurunan. Berbeda saat Telkom di bawah kepemimpinan Ririek Adriansyah, Telkom mengalami lonjakan pendapatan dari Rp37,4 triliun (Maret 2024) menjadi Rp75,2 triliun (Juni 2024), atau tumbuh Rp37,8 triliun.

“Bukan hanya soal angka, tapi soal kepemimpinan strategis yang visioner dan mampu membaca arah industri. Kinerja kuartalan ini menjadi refleksi lemahnya kepemimpinan baru di Telkom,” kritik Uchok.

Sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang sangat strategis, Telkom memiliki posisi krusial dalam menopang agenda digitalisasi nasional, termasuk pembangunan jaringan internet hingga ke pelosok, transformasi smart city, dan digitalisasi layanan publik.

Uchok Sky Khadafi menegaskan bahwa penurunan performa Telkom bukan hanya menjadi persoalan korporasi, melainkan menyangkut kepentingan publik yang lebih luas.

“Telkom bukan sekadar perusahaan biasa. Ia adalah tulang punggung infrastruktur digital nasional. Kalau Telkom goyah, maka efek domino bisa terasa ke berbagai sektor — pendidikan, ekonomi digital, layanan pemerintahan, dan keamanan data nasional,” ujar Uchok.

CBA menilai bahwa salah satu kelemahan yang harus segera dibenahi adalah struktur organisasi dan pengambilan keputusan yang terlalu birokratis serta tidak adaptif terhadap perubahan teknologi dan perilaku konsumen.

“Jika Telkom hanya mengandalkan dividen dan revenue dari legacy bisnis seperti layanan telepon dan broadband tanpa memperkuat pilar digitalisasi seperti big data, cloud, dan cybersecurity, maka bukan hanya ketinggalan zaman, tapi juga ketinggalan pasar,” tegas Uchok.