Kemaksiatan Politik di Istana

4,137 views

Jakarta – Jangan pernah lupakan kekuatan dari kata-kata. Misalkan untuk perbedaan kata lawan dan musuh. Lawan itu bermakna saling menguatkan dan musuh itu saling menghabisi.

Demikian pernyataan yang disebutkan mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan beberapa waktu lalu yang diambil dari akun tiktok sahabat Anies.

Calon presiden yang diusung dari partai Nasdem ini menjelaskan maksud dari pernyataan itu jika lawan dari pesta politik setiap negara merupakan teman untuk berdiskusi dan kawan dalam Demokrasi. Sementara untuk kata lawan jelas menghabisi.

“Lawan badminton itu teman berolahraga, lawan debat adalah kawan berdiskusi dan lawan politik adalah teman dalam berdemokrasi. Sementara musuh itu menghabisi, ” kata Anies

Menilik judul dari artikel, kemaksiatan merupakan asal kata dari bahasa Arab yang memiliki makna perilaku dari manusia yang melanggar hukum dan tidak memiliki moral.

Pengamat politik Rocky Gerung mrnyebutkan pemerintahan dari Jokowi diujung kekuasaannya dinilai sedang menyusun agenda politik guna menyelematkan kekuatan oligarki dinastinya.

Pria ahli filsafat ini menyebutkan banyaknya kepala daerah yang diangkat secara sementara dengan masa menjabat selama 2.5 tahun di tahun politik.

“Pemerintah yang berkuasa itu sangat mungkin banyak menyewa para pakar tata negara, pakar survey untuk membenarkan semua tindakan negara, ” kata Rocky disadur dari akun youtube Refly Harun.

“Saya juga mendengar 60 persen pejabat di daerah di era Pak Jokowi telah diangkat lebih dahulu oleh kebijakannya mendagri.dengan dasar pejabat sementara di tahun politik. DKI Jakarta misalnya Plt gubernurnya beli mobil rubicon senilai Rp 2 miliar untuk operasional. Pertanyaan saya untuk operasi apa? Sungguh tidak masuk akal kan,. Jadi tidak ada etik politik terhadap public polecy,” kata Rocky di akun Facebook dysius.

BACA JUGA :   Bahas Raperda, DPRD Lampung Gelar Sidang Paripurna

“Yang dihadapi kita saat ini bukan hanya cukup diselesaikan dengan antiseptik atau iodium. Ini soal bangsa yang otaknya rusak karena diasuh keliru oleh maksiat-maksiat politik di istana, ” kata Rocky Gerung.