Jakarta – Direktur Eksekutif Trust Indonesia, Azhari Ardinal berpendapat deklarasi lebih awal Cawapres tersebut jauh lebih efektif bagi penggalangan dukungan pasangan Capres-Cawapres lantaran luasnya wilayah kampanye yang harus dijangkau.
“Mengumumkan Calon Wakil Presiden lebih cepat, memberikan waktu penggalangan politik yang lebih panjang mengingat besarnya wilayah kampanye yang akan dijangkau paslon di Pilpres ini,” ujar Azhari dalam keterangan tertulis, Senin (14/5/2023) siang.
Azhari berkeyakinan pengumuman dini akan membuat pasangan Capres-Cawapres akan lebih siap mengintegrasikan kekuatan jaringan yang disudah dimiliki sebelumnya. Pasalnya, diluar struktur partai politik, mesin politik pertama yang akan bekerja adalah kekuatan sosial politik pribadi yang dimiliki oleh Capres dan Cawapres.
“Termasuk diantaranya kesiapan untuk mengintegrasikan kekuatan jaringan bawaan dari capres dan cawapres yang akan maju dalam kontestasi. Mengingat tagline dan janji kampanye yang dibawa oleh pasangan Capres Cawapres harus dioptimalkan berdasarkan kapasitas masing-masing,” jelas dia.
Meskipun demikian, Azhari memaklumi strategi sejumlah koalisi partai politik yang memilih mengumumkan Cawapres pada saat mendaftar. Menurut Azhari, hal tersebut dilakukan demi menghindari resiko serangan politik atau munculnya konflik di antara partai politik pendukung.
“Demi kepentingan politik biasanya pengumuman Cawapres dilakukan pada saat mendaftar, untuk menghindari risiko serangan atau munculnya konflik partai politik pengusung,” ungkapnya.
Dalam simulasi tiga pasangan Capres-Cawapres yang dipublikasikan Trust Indonesia pada Februari lalu, pasangan Prabowo Subianto–Muhaimin Iskandar berhasil meraih dukungan sebesar 21,1 persen. Pasangan tersebut mengungguli pasangan Anies Baswedan – Khofifah Indar Parawansa yang hanya meraup dukungan 20,3 persen. Meskipun demikian, pasangan Prabowo–Muhaimin masih tertinggal dari pasangan Ganjar Pranowo-Ridwan Kamil yang meraih dukungan sebanyak 30,0 persen responden.