Jakarta – Jurnalis sekaligus Pengamat Timur Tengah, Faisal Assegaf menyebut tindakan pencatutan nama tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Nadirsyah Hosen tanpa seizin bersangkutan yang dilakukan oleh Danone dan CNN Indonesia, sebagai sesuatu tindakan yang buruk dan tidak etis. Menurutnya, artikel yang dipublikasikan oleh CNN tersebut bahkan tidak sesuai dengan etika jurnalistik.
“Kalau secara etika jurnalistik, tidak adanya proses editing. Terlihat CNN tidak menggunakan etika jurnalistik,” ucapnya dalam acara ‘Melawan Aksi Kotor Catut Nama Ulama’ di Jakarta yang berlangsung Minggu (19/5) siang.
Apalagi, bagi Faisal, media CNN memang seringkali menyampaikan berita-berita yang salah terkait dengan peristiwa di Palestina. Tak ayal, ungkapnya, CNN tampak seringkali menarasikan negatif pemberitaan soal Palestina.
“Kita tahu serangan 7 oktober, CNN salah satu media yang pertama kali memberitakan adanya pemenggalan bayi, dan itu tidak terbukti,” jelasnya.
Faisal menduga masyarakat Indonesia telah kalah dalam perang narasi soal Palestina. Pasalnya, masyarakat Indonesia seringkali memggunakan narasi-narasi yang dipopulerkan media yang berpihak pada kepentingan Israel.
“Problem yang masih sering terjadi di Indonesia, Kita masih memakai narasi konflik Israel – Palestina. Padahal ini bukan konflik, tapi bentuk penjajahan. Kita masih kalah dalam hal narasi. Perang narasi ini harus sering kita lakukan,” kata dia.
Senada, menurut Direktur Eksekutif YKMI, Ahmad Himawan, selain tidak etis, aksi catut pernyataan tersebut tampak kotor dan menghalalkan segala cara untuk mengembalikan minat beli konsumen atas produk tersebut.
“Mencatut pernyataan yang tidak pernah diucapkan oleh ulama itu tidak etis dan cara yang kotor. YKMI mengecam tindakan tersebut,” ucap Himawan.
Himawan pun menganggap produk-produk terafiliasi Israel ini semakin terdesak dan terus mengalami kerugian. Sehingga, akhirnya mereka harus melakukan segala cara untuk menetralisir persepsi sebagai produk terafiliasi Israel dan mengembalikan minat beli konsumen Indonesia. Termasuk, mungkin dengan sengaja mencatut pernyataan tokoh-tokoh Islam dan alim ulama.
“Karena semakin terdesak, mereka (produk terafiliasi Israel) itu semakin kalap. Main kutip dan catut pernyataan ulama dan tokoh Islam dengan seenaknya. Padahal tak pernah juga ada pernyataan yang dikeluarkan oleh ulama tersebut. Di luar hal tersebut, masih banyak lagi upaya lain yang dilakukan beberapa perusahaan yang kemudian menggunakan ulama dan artis- artis muslim. Ini memang motifnya melakukan kebohongan dan menipu konsumen muslim. Ini jelas bisa disebut sebagai aksi pembohongan publik,” ujarnya.