Tanggamus – Bupati Tanggamus Hj Dewi Handajani menghadiri Riset Pengembangan Inovatif Kolaboratif (RPIK) yang diselenggarakan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (Puslitbangbun) Kementerian Pertanian RI di Pekon Muaradua Kecamatan Pulaupanggung, Rabu (26/5)
Dalam sambutannya Bupati menyampaikan Selamat datang kepada Tim Puslitbangbun dari kementerian Pertanian RI yang telah berkenan hadir di Kabupaten Tanggamus, selain merupakan suatu kehormatan bagi kami, kehadiran Bapak dan ibu juga merupakan bentuk perhatian Pemerintah Pusat kepada segenap masyarakat Tanggamus. Kami berharap, perhatian Bapak atau Ibu menjadi motifasi bagi kami untuk semakin berupaya meningkatkan kualitas semberdaya manusia dan kesejahteraan masyarakat petani di Kabupaten Tanggamus ke arah yang lebih baik.
“Saya ucapkan terimakasih kepada puslitbang Perkebunan Kementerian Pertanian yang pada hari ini kembali hadir, guna mencari lokasi yang tepat untuk rencana pengembangan Kopi dan Lada di Kabupaten Tanggamus,”kata bupati.
Dalam kesempatan itu bupati mensampaikan bahwa Kabupaten Tanggamus memiliki wilayah perkebunan seluas 81.874 ha, yang didominasi oleh perkebunan Kopi Robusta memiliki luas 41.270 ha, dengan produksi 34.129 ton/tahun dan untuk komoditas lada memiliki luas 7.859 Ha dengan produksi 3.483 ton/tahun.
Dalam hal ini Kabupaten Tanggamus menepati urutan ke dua sebagai Kabupaten penghasil Kopi dan Lada terbesar di Provinsi Lampung, setelah Kabupaten Lampung Timur, dimana Kecamatan Air Naningan menjadi salah satu sentra penghasil terbesar lada di Kabupaten Tanggamus.
Dari potensi yang cukup besar tersebut Masih belum berbanding lurus dengan kesejahteraan para petani yang umumnya memiliki sumberdaya dan akses yang masih sangat terbatas terhadap pengetahuan kewirausahaan serta layanan pertanian.
“Dan kami bersyukur bahwa kondisi tersebut direspon oleh pemerintah pusat melalui puslitbang perkebunan kementerian pertanian, yang beberapa waktu lalu telah menyelenggarakan Bimtek Tanaman Perkebunan di Kabupaten Tanggamus. Dan pada hari ini dilanjutkan dengan mencari lokasi yang tepat bagi pelaksana Research Pengembangan Inovatif Kolaboratif (RPIK),”kata bunda Dewi.
Beberapa permasalahan yang dihadapi petani dalam pengembangan hulu dan hilir hasil produksi kopi di Tanggamus pada saat ini adalah kualitas hasil yang masih cukup rendah serta harga yang belum sesuai dengan harapan petani, kondisi tersebut menyebabkan sebagian petani kopi dan lada beralih pada komoditas lain sehingga produksi komoditas kopi dan lada kian tahun kian menurun.
“Untuk itu kepada Tim dari puslitbangbun kami berharap, agar petani kami didampingi mulai dari pupuknya, teknologinya dan terutama pasca panennya,” katanya.
Biasanya disini, lanjut dia, pada musim panen raya terutama masih dalam musim penghujan biasanya hasil panennya langsung dijual, petani tidak mau repot lagi, karena mengeringkan kopi atau lada dan kakao hasil panen dimusim hujan terlalu metepotkan, untuk itu perlu pengering (dryer).
“Karenanya perlu kita mengawal pertanian itu dari hulu sampai hilir, untuk mendukung Pertanian Indonesia yang Maju, Mandiri dan Moderen,” pungkas bunda Dewi sapaan akrabnya.
Sementara, Kusmaini dari Puslitbang Tanaman Perkebunan, Kementan RI mengaku senang dengan sambutan dari Pemprov Lampung dan Pemkab Tanggamus yang sangat antusias dalam RPIK.Menurut Kusmaini, riset yang dikomandoi Puslitbang Tanaman Perkebunan ini dilakukan kolaborasi dari hulu hingga hilir
“Nah pada RPIK ini, kami seluruh tim dari hulun (budidaya) sampai hilir (pasca panen) berkolaborasi, jadi dari mulai budidaya sampai pasca panen pembuatan produk maupun pemasarannya akan kami lakukan riset dan pengembangan disini. Dan itu melihat potensi di Lampung sangat besar untuk lada hitam karena ini RPIK lada maka kami utamakan lada hitam, kemudian kami selingi dengan kopi, jadi kopi pendukung dari program ini,” katanya.
Dilanjutkan, Kusmaini, bahwa tim dalam RPIK langsung turun ke lapangan, untuk mengetahui potensi apa saja di Tanggamus dan sentra produksi perkebunan di Tanggamus.
“Akan kami lihat kondisi eksistingnya, seperti apa lada dan seperti apa kopi, karena disini tidak hanya lada saja tapi ada kopi, itulah yang akan kami kaji, seberapa keuntungan dari masing-masing komoditas, lada berapa dan kopi berapa,sebab harga berfluktuasi, nanti akan kita lihat kalau lada rendah maka ada kopi yang bisa menambah income bagi petani, harapannya kesejahteraan petani meningkat,” pungkasnya.
Turut mendampingi Kepala Balitri (balai penelitian industri) Bapak Dr. Tri Joko Santoso, Kepala BPTP Lampung Bapak Dr. Jekfi Hendra ASITEN II (dua) provinsi Lampung Kusnardi, Kepala dinas perkebunan provinsi Lampung, PLH sekda kab. Tanggamus Sukisno, kadis pertanian catur, Kadis Bunak danhi Dadang, Kabag kesra, camat air nanaingan Royen camat pulau panggung Talut. (zim/feb)