Jakarta – Anggota Komisi IX DPR-RI, Nur Nadlifah menanggapi pernyataan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang mengklaim masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat atas bahaya stunting atau gizi buruk.
Nadlifah pun menyebut pernyataan BKKBN tersebut menunjukkan lembaga itu harus semakin sering mensosialisasikan bahaya stunting kepada masyarakat.
“Saya setuju dengan pernyataan Kepala BKKBN terkait rendahnya kesadaran masyarakat akan bahaya stunting. Tapi sebenarnya itu juga
menunjukkan lembaga ini harus semakin memasifkan informasi dan sosialisasi bahaya stunting ke seluruh kelompok masyarakat, terutama kepada kalangan ibu dan perempuan,” kata dia dalam keterangan tertulis, Jumat (26/5/2023).
Nadlifah pun mendesak BKKKBN memanfaatkan seluruh sumber daya untuk mengatasi masalah tersebut. Apalagi di tengah era perkembangan
informasi yang cepat dan beragam semestinya BKKBN bisa memanfaatkan platform apapun untuk meningkatkan pemahaman dan literasi masyarakat atas bahaya stunting.
“BKKBN harus menggunakan seluruh sumber daya untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran atas bahaya stunting. Seluruh platform penyebaran informasi, mulai dari media mainstream hingga sosial media harus digunakan BKKBN untuk menyampaikan pesan dan konten tentang bahaya stunting,” ujarnya.
Pimpinan Muslimat NU ini percaya banyak generasi muda yang sebenarnya mulai peduli dengan isu-isu kesehatan, termasuk stunting. Karena itu, baginya, pekerjaan rumah BKKBN justru adalah membuat konten dengan pesan-pesan yang sederhana dan menarik.
“Saya percaya generasi Milenial dan gen Z itu cukup aware dengan persoalan stunting. Nah, tugas saya dan BKKBN sekarang adalah
memaksimalkan literasi dan pasokan informasi kepada mereka,” tutur dia.
Sebelumnya, Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo menyebut fakta rendahnya kesadaran masyarakat atas stunting justru menjadi masalah terbesar dalam pengentasan stunting. Kondisi stunting di Indonesia diduga semakin memburuk seiring dengan terjadinya pandemi Covid-19.
Mengacu pada Kemenkes, angka stunting pada Tahun 2022 sebesar 21,6 persen. Angka itu turun jika dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya yang berada pada level 24,4 persen.