JAKARTA- Meski kopi menjadi salah satu komoditas unggulan di Indonesia,namun hingga kini petani belum mendapat kesejahteraan.
Ini dikatakan Mukhlis Basri, anggota DPR RI asal Dapil I Lampung di acara diskusi untuk peringatan Hari Kopi Nasional yang berlangsung di auditorium Kementerian Pertanian RI, Rabu (11/3/20).
“Saat ini petani kopi belum sejahtera, akibat berbagai hal, diantaranya jumlah produktivitas yang masih sangat rendah. Petani kopi kita hanya menghasilkan 1-4 ton/hektar/tahun. Apabila diasumsikan dengan harga jual Rp18.000/kg, maka masih sangat rendah dari kebutuhan hidup layak,” kata Ketua Umum Dewan Kopi (Dekopi) Propinsi Lampung.
Kegiatan yang juga dihadiri Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo dan Ketua Umum Dewan Kopi Pusat Anton Apriantono, Mukhlis memberikan solusi bagaimana meningkatkan hasil produksi petani kopi, diantaranya dengan program bantuan bibit unggul.
“Pemerintah harus bekerja sama dengan Perguruan Tinggi, dalam membudidayakan bibit unggul, dan bibit yang disediakan tidak harus impor dari Vietnam atau Brazil. Gunakan saja bibit lokal yang telah melalui proses ujicoba oleh Perguruan Tinggi,” kata Anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan tersebut.
Rendahnya hasil panen kopi, terutama di Lampung sangat berpengaruh dengan iklim, saat kemarau, hasil akan lebih baik. apablia musim hujan hasil panen akan menurun.
“Saya ini petani kopi, jadi paham betul kondisi yang dialami petani, dengan demikian salah satu upaya pemerintah ada menghasilkan bibit yang cocok untuk semua musim, apalagi saat ini kebun kopi masyarakat sebagian besar tanaman tua yang sudah turun temurun,” jelasnya.
Ia mengatakan, pendampingan oleh tenaga profesional kepada petani memegang peranan penting. Sayang yang terjadi saat ini banyak Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) alih tugas.
“Faktanya di lapangan banyak PPL yang jadi lurah, camat bahkan kepala dinas, untuk itu kedepan alih tugas tersebut tidak ada lagi, karena petani sangat butuh pendampingan dari PPL tentang bagaimana memilih bibit unggul, perawatan tanaman, dan membasmi hama yang banyak dikeluhkan oleh petani,” ujar Mukhlis Basri.
Secara kualitas kata Mukhlis kopi robusta Lampung tidak kalah dengan kopi dari daerah lain, buktinya, kopi robusta Lampung Barat telah diakui baik oleh negara luar, dengan masuk 10 besar terbaik pada ajang kopi speciality Indonesia dengan score cupping 88,38, meraih penghargaan Bronze Gourmet pada ajang penghargaan AVPA Gourmet Product Paris 2018 pada kategori roastery D’Lampung dengan sampel kopi robusta petani Lampung Barat.
“Secara kualitas dan rasa, kopi robusta Lampung secara umum dan khususnya Lampung Barat tidak kalah dengan kopi dari daerah lain, dengan meraih predikat terbaik pada ajang tingkat internasional. Tetapi kenapa petani kopi kita belum sejahtera, itulah menjadi tugas pemerintah mencarikan solusi terbaik,” Pungkas Mukhlis anggota Komisi I DPR RI itu. (rls/got)