Bau Tak Sedap Gara-Gara Sampah, Lurah Sungai Bambu: Saya Tidak Takut dan Pasrah

551 views

Jakarta- Bau tak sedap di bawah kolong Tol Pelabuhan, Sungai Bambu, Tanjung Priok, Jakarta Utara sudah tercium dalam jarak 300 meter.

Setelah didekati, bau tak sedap yang semakin menjadi berasal dari tumpukan sampah. Didi salah satu warga yang ditemui mengatakan kondisi seperti ini sudah berlangsung selama 3 tahun.

“Ini sudah lama, kalau tak salah sudah 3 tahun namun tidak ada respon positif saat dilaporkan ke pihak kelurahan. Iya kami laporkan ke Kelurahan Sungai Bambu,” kata Didi yang mengaku tinggal di bilangan, Kelurahan Sungai Bambu, Jakarta Utara kepada wartawan (7/11/2019).

Didi mengaku pasrah terhadap bau tak sedap yang dihasilkan dari gunungan sampah tersebut. “Sebagai warga, kami hanya pasrah dengan keadaan ini. Sebab dari pihak pemerintahan terkecil (kelurahan) sepertinya tidak ada keinginan untuk membenahi hal ini, ” katanya lagi.

Dari pengamatan, sampah yang menggunung juga menutup jalan yang bisa dilalui. Jalan alternatif yang menuju ke Sungai Bambu juga tertutup dan tidak bisa dilalui kendaraan.

Gunungan sampah itu seakan tidak pernah diangkat oleh pihak kebersihan atau PPSU. Saat ditanyakan, Didi mengaku tidak pernah melihat adanya petugas yang menangani sarana dan prasarana umum.

“Tidak pernah ada PPSU atau petugas orange yang datang ke sini, apalagi petugas dari Kelurahan Sungai Bambu,” tandasnya.

Lurah dari Kelurahan Sungai Bambu, Sumarno saat dihubungi melalui telepon sempat enggan untuk menjawab permasalahan sampah yang berserakan kotor di wilayahnya.

Pria yang memiliki perawakan kurus dan tinggal di bilangan Grogol, Jakarta Barat itu seakan-akan tidak peduli dengan kesehatan warganya.

“Masalah sampah itu sudah lama memang, dan biasa saja. Jangan dibawa ke urusan kesehatan. Itu hanya disebabkan keterlambatan saja dari petugas untuk mengangkatnya,” pungkasnya.

BACA JUGA :   Politisi Demokrat Minta Kemenhub Hentikan Operasional Bus AKAP

Ketika ditanyakan, apakah mengetahui efek sampah dan kesehatan, pria yang memiliki 2 anak perempuan itu enggan untuk memberikan jawaban. Dia juga terkesan tidak takut untuk dimutasi dan atau dikenakan sanksi akibat kelalaiannya tersebut.

“Saya tidak takut dan pasrah saja sekarang terhadap sanksi yang akan saya terima, “tutupnya.(ron/dim)