BANDAR LAMPUNG- Tim pengacara Yayasan ALTEK Malahayati nyatakan tidak mengetahui kedatangan 200 orang asal flores (berita sebelumnya dari Ambon, Red) ke area Kampus Universitas Malahayati, Lampung pada 2 Maret 2025.
Lewat sambungan ponselnya, Osep Doddy, S.H,. M.H mengatakan, selama ini pihaknya telah melakukan sejumlah langkah-langkah kongkrit untuk menyelesaikan persoalan di Yayasan ALTEK.
“Kami tim pengacara tidak tahu 200 orang dari flores itu siapa yang ngirim. Apakah dikirim oleh Klien Kami Rusli Bintang dari Jakarta atau siapa, kami tidak tahu,” ujar Osep Doddy, Minggu (2/3/25).
Dengan keberadaan 200 an orang Flores itu, lanjut Doddy, pihaknya mengaku tidak bisa berbuat apa-apa lantaran sama sekali tidak dilibatkan oleh pihak Yayasan.
“Sebenarnya kita tim pengacara menyesalkan (ada massa dari flores didatangkan). Kami melihat justru ini kontra produktif dengan langkah-langkah yang selama ini sudah kami lakukan,” ucapnya,
Sebelumnya diberitakan, suasana di Kota Bandarlampung mendadak tegang setelah kedatangan empat bus yang membawa sekitar 200 orang dari Flores ke Universitas Malahayati, Pada 2 Maret 2025.
Kehadiran mereka memicu reaksi keras dari warga setempat, Yang menilai hal ini sebagai bentuk intervensi yang mengancam ketertiban dan kehormatan masyarakat Lampung.
Menurut informasi yang beredar, ratusan orang ini disebut-sebut merupakan orang suruhan dari Rusli Bintang Pemilik Universitas dan Rumah Sakit Malahayati yang sedang berkonflik dengan Istri Pertama dan Anak-anaknya.
Mereka diduga datang dengan tujuan tertentu terkait dengan penguasaan kampus Universitas Malahayati. Kondisi ini semakin memperkeruh suasana dan memicu kemarahan warga, terutama suku asli Lampung, yang merasa harga diri dan adat Pi’il Pesenggiri mereka telah dilecehkan.
“Ini bukan sekadar masalah kampus, ini adalah bentuk penjajahan terhadap tanah Lampung oleh pihak luar. Lampung ini ada pemiliknya, yakni Suku Lampung Jurai Sai Batin dan Pepadun!” Tegas Edi.
Jangan ada Pihak Luar Mengacau di Lampung
Menyikapi situasi ini, Organisasi Masyarakat Laskar Lampung Indonesia (LLI) langsung bergerak cepat dengan mengirim Sekjen DPP LLI Panji Padang Ratu, SH dan Ketua Kota Bandar Lampung Destra Yudha, SH, M.Si untuk memantau perkembangan di Universitas Malahayati. Ketua Umum Laskar Lampung, Ir. H. Nerozely Koenang, dengan tegas menyatakan bahwa tidak boleh ada pihak luar yang membawa premanisme ke tanah Lampung.
“Apapun konfliknya, tidak boleh ada orang luar, masuk dan mengancam ketentraman di Lampung!” Ujar Panglima Nero Koenang sapaan akrabnya.
Masyarakat Lampung berharap agar Kapolda Lampung segera mengambil tindakan tegas untuk menyelesaikan masalah ini sebelum berkembang menjadi konflik suku yang lebih besar.
“Kami tidak ingin Lampung menjadi medan perang akibat ulah pihak luar. Kami mendesak aparat untuk bertindak sebelum situasi semakin tidak terkendali,” Ujar Panglima Nero.
Sementara itu, Ormas Pendekar Banten yang dipimpin oleh Hengki Malonda disebut telah bersiap siaga untuk bergabung dengan Laskar Lampung Indonrsia, Menunggu instruksi lebih lanjut. Hal ini menunjukkan bahwa situasi ini berpotensi berkembang lebih jauh jika tidak segera ditangani oleh pihak berwenang.
Ketegangan ini menjadi pengingat bahwa setiap pihak harus menghormati adat dan budaya setempat serta tidak menggunakan cara-cara anarkis yang bisa memicu konflik berkepanjangan. Lampung adalah tanah yang memiliki nilai luhur, dan masyarakatnya akan berdiri tegak menjaga kehormatan serta kedaulatan wilayahnya, Dimana Suku Asli Lampung dan Pendatang sangat Rukun. Lampung dikenal sebagai Indonesia mini karena keragaman etnis dan budayanya. (dit/rif)