LAMPUNG UTARA- Melimpahnya bahan pakan ternak tidak serta merta memakmurkan peternak di Lampung Utara (Lampura), ini terbukti dengan minimnya sosialisasi dan pembinaan dari instansi terkait kepada peternak di daerah tersebut.
Dedi Apriyanto, Warga Desa Dorowati, Kecamaatan Abung Timur, Lampura mengatakan, ia selaku peternak penggemukan sapi bersama kelompoknya selama ini menggunakan limbah tanaman sebagai pakanan pokok ternaknya.
“Sebenarnya sumber pakan untuk ternak di daerah kita ini (Lampura) melimpah, cuma sayang tidak ada pelatihan dan pembinaan dari dinas terkait,” kata Dedi Indrianto, dikandang penggemukan sapi miliknya kepada Senator.ID, Senin (3/2/20).
Sayang, menurut Dedi, melimpahnya limbah tanaman yang sangat bermanfaat ini tidak disosialisakan dan dilakukan pembinaan oleh dinas peternakan kepada kelompok tani untuk diolah menjadi pakan ternak yang ekonomis.
“Kami menggunakan pakan dari limbah tanaman seerti onggok, kulit singkong, ampas tahu, dan konsentrat. Jika ada pelatihan dan pembinaan dari pemerintah ini tentu sangat menguntungkan bagi pengusaha penggemukan sapi maupun peternak,” jelas Dedi.
Dedi menjelaskan, dengan menggunakan konsentrat beserta kelompoknya dapat menekan biaya operasional untuk pakan ternaknya.
“Untuk satu ekor sapi biaya pakan yang saya keluarkan sebesar Rp 12 ribu, itu sudah menguntungkan, apalagi kalau dari dinas mau melakukan pembinaan dan memberikan bantuan alat untuk mengolah konsentrat sebagai pakan ternak kepada kelompok tani,” imbuh politisi PKPI itu.
Ia berharap, khususnya kepada Dinas peternakan Lampura untuk turun ke lapangan, melihat potensi usaha penggemukan sapi, dan melakukan pembinaan serta memberikan bantuan kepada kelompok tani maupun kelompok ternak.
Dikandang penggemukan sapi milik kelompoknya, Dedi Indrianto membudidayakan penggemukan sapi jenis Brangus, Sinental, dan Limosin. (kis/dit)