Data Inflasi AS Lemah, Emas Berpotensi Menguat

11 views

Harga emas mengalami kenaikan menjelang akhir sesi perdagangan Amerika Utara, meskipun imbal hasil obligasi pemerintah AS yang tinggi serta penguatan Dolar AS memberikan tekanan. Pada Rabu (12/3) malam, XAU/USD tercatat menguat sebesar 0,63% dan diperdagangkan di level $2.933 setelah rilis laporan inflasi AS yang lebih lemah dari perkiraan. Pada hari Kamis (13/3), emas terus menguat dan mendekati puncak sejarahnya di level $2.941. Analisis Dupoin Indonesia, Andy Nugraha, tren bullish masih mendominasi harga emas, didukung oleh pola candlestick dan indikator Moving Average yang terbentuk saat ini.

Prediksi hari ini menunjukkan bahwa XAU/USD berpotensi melanjutkan kenaikan hingga mencapai level $2.956. Namun, jika harga mengalami kegagalan dalam mempertahankan momentum bullish dan terjadi reversal, maka harga emas dapat turun hingga $2.910 sebagai target penurunan terdekat. Faktor utama yang mendukung pergerakan ini adalah ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) setelah data inflasi AS yang lebih rendah dari proyeksi.

Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) melaporkan bahwa inflasi konsumen di AS mengalami sedikit penurunan pada bulan Februari. Namun, para investor tetap berhati-hati terhadap perkembangan ini karena kebijakan tarif agresif pada impor AS dapat memicu gelombang inflasi baru. Meskipun demikian, peluang pemangkasan suku bunga The Fed hingga tiga kali pada tahun 2025 semakin terbuka, memberikan dorongan positif bagi harga emas.

Di sisi lain, Indeks Dolar AS (DXY) mencatat kenaikan 0,14% menjadi 103,55, sementara imbal hasil Treasury AS bertenor 10 tahun naik tiga basis poin menjadi 4,314%. Kenaikan ini membatasi potensi lonjakan harga emas lebih lanjut. Selain itu, tarif impor sebesar 25% terhadap baja dan aluminium yang mulai berlaku pada hari Rabu juga menjadi faktor yang dapat meningkatkan ketidakpastian ekonomi global.

Dari sisi permintaan, World Gold Council (WGC) melaporkan bahwa bank sentral global terus melakukan pembelian emas dalam jumlah besar. Bank Rakyat Tiongkok (PBoC) dan Bank Nasional Polandia (NBP) masing-masing menambah 10 dan 29 ton emas dalam dua bulan pertama tahun 2025. Faktor ini turut memperkuat prospek bullish bagi harga emas dalam jangka menengah hingga panjang. Dengan latar belakang ini, emas berpotensi menguji level psikologis $2.950 dalam waktu dekat.

Para pelaku pasar kini akan mencermati rilis data ekonomi lebih lanjut, termasuk Indeks Harga Produsen (IHP) AS, Klaim Tunjangan Pengangguran Awal, serta Sentimen Konsumen Universitas Michigan (UoM) yang dapat memberikan gambaran lebih jelas mengenai prospek kebijakan moneter The Fed. Jika data-data ini mengindikasikan pelemahan lebih lanjut dalam ekonomi AS, maka peluang emas untuk terus menguat semakin terbuka.

Dengan berbagai faktor pendukung, prospek harga emas hari ini tetap cenderung bullish. Namun, investor perlu waspada terhadap potensi koreksi jika terjadi tekanan dari kenaikan imbal hasil obligasi dan penguatan Dolar AS yang lebih lanjut. Sebagai aset safe-haven, emas masih menjadi pilihan utama di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Press Release ini juga tayang di VRITIMES