News, UTI  

Lahirkan Guru Besar, Kepala LLDikti Wilayah II Dorong Semua Dosen UTI Bergelar Profesor

1,327 views

LAMPUNG- Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah II mendorong Universitas Teknokrat Indonesia untuk melahirkan lebih banyak lagi guru besar atau profesor.

“Saya mengucapkan selamat kepada Universitas Teknokrat Indonesia atas pengukuhan guru besar pertamanya, yaitu Prof. Akhyar Rido, S.S., M.A., Ph.D. Hal yang patut disyukuri bersama dan saya sampaikan untuk semua dosen, apalagi usia rata-rata masih di bawah 40 tahun, agar terus mengejar puncak karir menjadi guru besar,” kata Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah II Prof. Dr. Iskhaq Iskandar, M.Sc. di Gelanggang Mahasiswa Dr. HM Nasrullah Yusuf, Rabu (22/1/2025).

LLDikti Wilayah II bahkan menargetkan dalam dua tahun ke depan atau akhir 2026 mampu melahirkan 100 guru besar.”Saat ini sudah ada 50 guru besar, perlu upaya bersama untuk mewujudkannya dan kami meminta para guru besar yang sudah ada ini setidaknya bisa membimbing satu orang untuk mencapai profesor,” sambung dia didampingi Rektor Universitas Teknokrat Indonesia Dr. HM Nasrullah Yusuf usai acara Pengukuhan Guru Besar.

Rencana besar tersebut bukan hal yang mustahil terlebih menurutnya di Universitas Teknokrat Indonesia sendiri saat ini Prof. Akhyar Rido tengah membimbing tiga kandidat guru besar. “Kami berharap kandidat yang tengah dibimbing ini bisa mencapai gelar profesor dalam satu atau dua tahun ke depan,” tekan Prof. Dr. Iskhaq.

“Dicapainya gelar guru besar oleh seorang dosen mencirikan bidang ilmu dan kepakarannya di sebuah perguruan tinggi tersebut sudah matang. Untuk kemudian tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuannya kepada mahasiswa dan rekan sejawat, namun juga bagaimana ia menginspirasi dan menghasilkan lebih banyak karya yang bermanfaat bagi masyarakat,” urainya.

Prof. Dr. Iskhaq turut menjabarkan tantangan yang dihadapi oleh profesor diantaranya untuk meningkatkan akses pendidikan tinggi yang bermutu, berkualitas dan berdampak (dampaik sosial ke masyarakat).

Kedua, bagaimana mampu mencetak talenta sains dan teknologi bukan hanya untuk mahasiswanya tapi juga rekan sejawat. Ketiga, membangun budaya ilmiah dan terakhir ikut memecahkan permasalahan sosial ekonomi di tengah-tengah masyarakat.

“Penelitian yang dilakukan guru besar itu diharapkan bisa dimanfaatkan untuk memecahkan permasalahan sosial di tengah amsyarakat,
ujarnya.

“Di samping kompetensi ilmiah yang harus dimiliki, ada kompetesi lain yang harus dibangun, seperti hubungan sosial antar sesama dosen maupun di tengah masyarakat. Karena meraih gubes ibaratnya menanam pohon, sudah waktunya pohon itu berbuah, buahnya dimakan sendiri atau dibagi ke pada orang lain,” tukasnya.

Prof. Akhyar Rido, S.S., M.A., Ph.D. dalam hal ini dengan bidang kepakaran Interaksi dan Pedagogi Kelas mengatakan, akan terus melakukan Tridarma Perguruan Tinggi melalui pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

“Penelitian saya tentang interaksi dan pedagogi disalurkan melalui PKM, fokus kami ke sekolah-sekolah, memberikan pelatihan pedagogi dan interaksi kelas melalui guru-guru terutama, untuk ke pelajar lebih kepada konteks bagaimana bisa berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik, bisa membantu mereka saat studi S-1 nanti atau saat memperoleh pekerjaan,” urai pria yang meraih gelar profesor di usia 42 tahun tersebut.

Tak hanya itu, dengan mengemban gelar profesor, ia akan terus membantu rekan sesama dosen untuk bisa meraih gelar lektor kepala seperti dirinya. Bahkan saat ini sudah ada dua dosen yang dibimbingnya.

“Saya ingin lebih berkontribusi bukan hanya di kampus, namun juga di tengah masyarakat, nasional bahkan global. Pesan untuk mahasiswa, kuncinya ‘Iqro,’ bacalah. Tanpa membaca akan susah. Kedua, sungguh-sungguh dan terakhir bergaul, sehingga bisa membantu memperoleh bukan hanya pekerjaan namun juga kehidupan yang berderajat dan bermartabat seperti dalam orasi ilmiah tadi,” papar pria kelahiran Tanjungkarang, 3 Juli 1982.

saat orasi ilmiahnya sendiri, Prof. Akhyar Rido menekankan bahwa dinamika, interaksi dan pedagogi di kelas itu bisa membantu proses pembelajaran yang efektif. “Jadi ruhnya pembelajaran adalah interaksi, bagaimana dosen atau guru bisa memfasilitasi interaksi yang bagus dan positif terhadap semua hal yang terlibat dalam proses pembelajaran itu sendiri,” tukasnya.

Rektor Dr. HM Nasrullah Yusuf di kesempatan yang sama mengucapkan selamat dan apresiasi atas dikukuhkannya Prof. Akhyar Rido, S.S., M.A., Ph.D. sebagai Guru Besar Universitas Teknokrat Indonesia dalam ranting Ilmu/Kepakaran Interaksi dan Pedagogi Kelas.

“Ini merupakan sejarah dosen pertama memperoleh jabatan guru besar Universitas Teknokrat Indonesia. Prof. Akhyar Rido sebagai salah satu dosen terbaik Universitas Teknokrat Indonesia, meraih peringkat I Bidang Ilmu Sosial Humaniora Anugerah Academic Leader Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Tahun 2024, pernah menjadi tenaga pengajar di Mahidol University Internasional College Thailand. Hal ini merupakan kebanggaan kami, atas prestasi yang diraihnya dan mendapat gelar profesor diusianya yang masih muda,” urainya.

Rektor berharap hal ini menginspirasi para akademisi yang lain untuk segera menjadi guru besar/profesor. “Kami ucapkan terimakasih kepada Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah II atas segala bimbingannya dan terimakasih kepada Yayasan Pendidikan Teknokrat yang telah memfasilitasi dalam pengembangan karir para dosennya,” kata Rektor.

Universitas Teknokrat Indonesia sendiri di 2024 telah menyelenggarakan Program Studi Bahasa Inggris pada Fakultas Sastra dan Ilmu Pendidikan (SK : 27 Mei 2024) dan Program Studi Ilmu Komputer S2 Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer (SK : 5 Juli 2024).(uti)