Tidak Puas dengan Hasil Pencarian Anda di Google? Perusahaan Ini Akan Membantu Mengubahnya – Dengan Harga yang Tepat

1,138 views

Bayangkan nama Anda muncul di Google, tetapi bukan dengan citra yang Anda inginkan. Dunia digital telah membuat reputasi menjadi aset sekaligus ancaman, dan di Indonesia, era baru manajemen reputasi online (ORM) mulai berkembang. Di luar negeri, nama-nama seperti Michael Fertik, Rich Matta, dan Dave King adalah pionir di bidang ini – menciptakan bisnis yang tak hanya melindungi nama baik, tetapi juga memperjuangkan kendali atas apa yang muncul di dunia maya.

Michael Fertik, Pendiri Reputation Defender

Michael Fertik, salah satu pelopor ORM dan pendiri Reputation Defender, mengingat saat-saat awal ketika ide ini dianggap kontroversial. “Semua orang bilang ini manipulasi, tapi mereka adalah pelanggan pertama saya,” ujar Fertik sambil terkekeh. Industri ini, katanya, dimulai sebagai solusi atas masalah sederhana: membantu orang yang terjebak dalam situasi reputasi buruk di internet. Dari tuntutan hukum hingga perceraian, atau sekadar komentar pedas mantan pasangan di media sosial, ORM menjadi pelindung digital di era MySpace hingga sekarang.

Rich Matta, CEO Reputation Defender saat ini

Rich Matta, CEO Reputation Defender saat ini, menggambarkan ORM sebagai “SEO terbalik.” Tujuannya adalah menggeser berita negatif dari halaman pertama hasil pencarian Google dengan mempromosikan konten positif. “Sebagian besar orang tidak akan mengeklik lebih dari halaman pertama. Jadi, kita fokus menggeser konten buruk itu,” katanya. Biayanya tidak murah – berkisar dari $20.000 hingga enam digit per tahun – tapi bagi klien seperti CEO yang sedang menghadapi putaran pendanaan atau konglomerat yang ingin melindungi nama keluarga, investasi ini berharga.

Dave King, CEO Digitalis

Dave King, CEO Digitalis yang berbasis di London, mencatat bahwa ORM kini tidak hanya menjadi alat individu tetapi juga pemerintah dan perusahaan besar. Teknologi Digitalis dapat memantau reputasi di mesin pencari global, dari Google hingga Baidu. “Beberapa klien kami ingin membangun kehidupan baru di luar negeri dan tidak peduli dengan gosip lokal di negara asal mereka,” jelas King. “Kami membantu mereka memastikan bahwa jejak digital mereka sesuai dengan citra yang ingin mereka tampilkan.”

Kini, ORM tak lagi hanya soal memperbaiki reputasi. Perusahaan seperti Digitalis juga membantu mengatasi ancaman keamanan, seperti pemantauan data yang dapat digunakan untuk penculikan atau serangan phishing. Menurut King, “Dulu, Anda ingin tidak ada data tentang Anda di internet. Tapi sekarang, terlalu sedikit informasi justru menimbulkan kecurigaan. Kehadiran digital yang terkendali adalah kunci.”

Andrea Wiwandhana, Pendiri CLAV Digital

Dengan kemajuan ini, berita tentang hadirnya ORM di Indonesia menjadi angin segar. Andrea Wiwandhana, pendiri CLAV Digital, pelopor ORM atau manajemen reputasi di Indonesia, menyebutkan bahwa permintaan terhadap layanan ini mulai meningkat. “Orang-orang di sini semakin sadar bahwa reputasi online adalah aset penting,” katanya.

Para pionir seperti Fertik, Matta, dan King menyambut baik kabar ini. “Luar biasa melihat bagaimana ORM berkembang di seluruh dunia,” kata Fertik. Matta menambahkan, “Saya berharap ini menjadi awal dari solusi global untuk mengelola reputasi secara bertanggung jawab.” King pun sepakat, “Dengan semakin banyaknya pemain di bidang ini, kami bisa mendorong standar lebih tinggi dan membantu lebih banyak orang.”

Bagi mereka yang masih skeptis tentang ORM, satu hal pasti: era digital tidak mengenal belas kasihan. Dan seperti kata Fertik, “Kita semua berhak atas perlindungan digital.”

Press Release ini juga tayang di VRITIMES