Unila  

Mahasiswa Unila Wujudkan Mimpi Anak Desa dengan Kampus Mengajar

425 views

Bandar Lampung – Rabiah Fitri Adawiyah, mahasiswi Universitas Lampung (Unila) yang kerap disapa Rabiah itu mencoba mewujudkan mimpi anak desa dengan mengikuti Kampus Mengajar batch enam selama kurang dari enam bulan.

Rabiah, mahasiswi Pendidikan Guru Paud Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unila 2021, aktif dalam kegiatan mengajar Kampus Mengajar yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Ia menjalankan kegiatan mengajar di sebuah Sekolah Dasar Swasta (SDS) Yamama, Giri Jaya, Desa Sumber Agung, Kecamatan Kemiling, Kota Bandar Lampung.

Berbekal informasi yang didapatkan Rabiah melalui laman Instagram Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) pada semester tiga, menggerakkan hati Rabiah untuk mengikuti program tersebut tapi karena terkendala persyaratan, barulah terlaksana pada semester empat. Namun, hal tersebut tidak mengurangi antusias Rabiah untuk mengikuti Kampus Mengajar.

Alasan Rabiah mengikuti Kampus Mengajar adalah ingin menerapkan ilmu yang sudah dipelajari di bangku perkuliahan. Menurut pengalaman Rabiah saat mendaftar Kampus Mengajar, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan agar lolos program ini di antaranya, melengkapi berkas, melampirkan semua sertifikat yang bisa menunjang penilaian dan menjawab semua soal tes yang diberikan, mengingat pelaksanaan tes melalui daring sehingga penting untuk memperhatikan jaringan data agar tidak terkendala saat pengerjaan.

Pada saat mengajar di SDS Yamama, ia melakukan asistensi menemani guru kelas dan mendapatkan kepercayaan untuk bertanggung jawab menjadi wali kelas sementara. Ia juga mendapatkan tantangan dalam mendapatkan kepercayaan anak-anak SDS Yamama dan hal tersebut memacu Rabiah dan teman- teman lainnya untuk semakin memberikan kinerja terbaik.

Tidak hanya berfokus dalam mengajar anak-anak, Rabiah dan teman-teman lainnya membantu guru di SDS Yamama meningkatkan metode pengajaran dengan pelatihan sederhana penggunaan Canva. Ia berharap, melalui pelatihan dan pemanfaatan media sosial, SDS Yamama bisa lebih dikenal orang banyak.

BACA JUGA :   Nutrigastin, Pereda Asam Lambung Karya Mahasiswa Unila Dapat Hibah dari P2MW

Kendala sekaligus tantangan dalam penyelemggaraan Kampus Mengajar yang dilaksanakan Rabiah dan rekan-rekannya tidak luput menghampiri, melakukan bimbingan yang baik terhadap anak-anak dan belajar bagaimana menerapkan ilmu yang dipelajari di bangku perkuliahan, serta belajar mengontrol emosi dalam menghadapi anak-anak dengan berbagai macam karakter.

Rabiah mengungkapkan rasa syukur terhadap kehidupan, latar belakang pendidik memotivasinya menyelesaikan kegiatan Kampus Mengajar ini dengan baik, serta bisa mewujudkan kualitas pendidikan yang lebih baik guna menunjang terwujudnya mimpi anak-anak SDS Yamama, meskipun ada kendala menghambat prosesnya.

“Ketika saya sudah terjun ke suatu tempat, saya harus bisa memaksimalkan potensi saya, dan melihat kondisi anak-anak di sana yang terbatas membuat saya bersyukur di hidup ini. Jadi, hal itu yang memotivasi saya untuk membuat mereka menjadi lebih baik meski dengan banyak keterbatasan,” ungkap Rabiah.

Banyak hal ia dapatkan dalam kegiatan Kampus Mengajar ini, kemampuan yang semakin berkembang hingga pengendalian sikap untuk profesional dalam mengajar. Suka dan duka juga turut dirasakan Rabiah dalam kegiatan mengajar. Namun, hal tersebut justru membuat pengalaman mengajar Rabiah menjadi lebih berwarna dan tak terlupakan.

Rabiah berpesan untuk mahasiswa Unila, agar bisa ke luar dari zona nyaman dan melihat serta merasakan bagaimana kehidupan di luar kampus.

“Jangan jadi mahasiswa yang hanya duduk diam di kelas dan pulang kuliah begitu saja. Sesekali cobalah lihat ke luar dan lihatlah kehidupan di luar kampus. Cari pengalaman sebanyak-banyaknya, bisa dari magang, ikut lomba, maupun organisasi kampus,” ujar Rabiah.

Pengalaman Rabiah mungkin hanya hal biasa untuk kita, namun peran Rabiah untuk anak-anak di SDS Yamama merupakan hal yang begitu berarti bagi mereka. Kegigihan dan antusiasme Rabiah tidak melekat pada semua mahasiswa Unila, namun setiap orang memiliki kesempatan untuk berproses, dan mungkin saja kesempatan berproses bisa dimulai dari Program Kampus Mengajar. (*)

BACA JUGA :   Rektor Unila Buka Tasyakuran Dies Natalis ke-56