Rektorat Unila Digeruduk Mahasiswa! Minta Usut Tuntas Kematian Mahasiswa FEB

2,382 views

BANDAR LAMPUNG- Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung (FEB Unila) geruduk Gedung Rektorat Unila, Rabu (28/5/25).

Para mahasiswa ini melakukan unjuk rasa agar kematian Pratama Wijaya, mahasiswa FEB angkatan 2024 setelah mengikuti pendidikan dasar (diksar) organisasi pecinta alam di FEB Unila diusut tuntas!

Ya, Pratama meninggal dunia pada 28 April 2025 lalu.

Saat menggelar aksi damai, para mahasiswa membentangkan sejumlah poster dengan berbagai tulisan.

‘Katanya zona akademik tapi tempat aman untuk kekerasan.’

Ada juga tulisan ‘Justice For Pratama.’

Koordinator Lapangan (Korlap) Aksi, M Zidan Azzakri mengatakan, pihaknya menggelar aksi tersebut sebagai wujud solidaritas antar mahasiswa.

“Kami menggelar aksi ini sebagai wujud solidaritas kami terhadap korban Pratama yang meninggal dunia setelah mengikuti kegiatan kemahasiswaan,” kata Zidan.

Zidan mengatakan, korban Pratama diduga mengalami kekerasan saat mengikuti pendidikan dasar (diksar) organisasi pecinta alam di FEB Unila.

Dikatakannya, dugaan kekerasan yang disertai intimidasi terhadap korban telah disampaikan kepada pihak Dekanat. Namun, hingga kini belum ada tindakan tegas dari pimpinan fakultas.

“Berdasarkan bukti rekam medis, pernyataan korban dan keluarga, serta bukti percakapan digital, telah terjadi kekerasan dan intimidasi. Tapi Dekanat tidak menunjukkan sikap tegas. Ini adalah bentuk pembiaran sekaligus pembungkaman terhadap korban,” kata Zidan.

“Kami minta Rektorat jangan tinggal diam, usut semua yang terlibat, termasuk dekan yang memberikan izin kegiatan ini. Tidak ada tempat untuk kekerasan di kampus ini ,” tegas Zidan.

Ya, sejumlah tuntutan disuarakan para mahasiswa yang tergabung dalam aliansi FEB Menggugat.

Pertama, pembubaran Ormawa yang terbukti melakukan kekerasan dan pelanggaran etik.

Kedua, proses hukum dan etik terhadap pelaku kekerasan.

Ketiga, klarifikasi publik secara terbuka oleh pihak Dekanat.

Keempat, penghentian segala bentuk intimidasi dan pembungkaman terhadap korban.

Kelima, menyoroti minimnya transparansi keuangan.

Keenam, lemahnya kinerja staf, dan ketujuh, buruknya fasilitas penunjang akademik. (Cyb)